CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Thursday, October 18, 2012

4 Jam Lalu Aku Masih Menuggumu


Aku seorang yang menggemari sastra, memahami, mengerti dan membuatnya. Awalnya aku kira ini hanya hobi, ternyata ini cita-cita yang tidak pernah aku duga.
     Dia, seseorang yang semakin membuatku menyukain sastra, membuatku menyukai sebuah syair yang bermaksud menyayangi, syair yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa. Dia membuatku menyukai sebuah cerpen, yang bermaksud menceritakan segala perasaanku padanya. Dia juga membuatku mulai menyukai menunggu. Menunggunya untuk menyukaiku, menunggunya untuk terlebih dahulu mengutamakan perasaannya padaku.
     Dia seseorang yang acuh tapi tak pernah membuatku jenuh menanti. Dia seseorang yang egois tapi tak pernah membuatku menangis karna lama menunggu. Aku tau dia tak menyukaiku, aku tau diapun tak tau bahwa aku menyukainya.
     Banyak karya sastra yang sudah kuhasilkan, mayoritas berkisahkan tentang dia, tentang bagaimana perasaanku untuknya. Pernah aku berniat untuk memberikan 1 cerpen hasilku untuknya, tentang perasaanku yang kuubah perannya menjadi orang lain.
     Aku menemuinya di sekolah, mengatakan bahwa sore ini aku ingin menemuinya di taman dekat danau kota. Walaupun ia tetap acuh dengan apa yang kubicarakan, tetapi ia masih menghargaiku, ia bilang ia akan datang nanti sore untuk menemuiku.
     Pukul 3 sore, dengn hati yang tidak menentu, dengan perasaan yang masih simpang siur, aku menunggunya di kursi taman dekat danau kota. Satujam berlalu, jam 4 sudah lewat, iapun belum datang, tapi aku tetap yakin ia datang. Tiba-tiba hujan turun, air hujan yang membuatku menjadi basah kuyup karna menunggunya di kursi taman itu, hingga pukul 5 sore, hujan belum juga reda, sama seperti dia belum juga datang.
     Dalam hati, mulai ada perasaan yang membuatku lelah untuk menunggunya, hujan yang belum juga reda, menuntunku untuk menurunkan hujan baru dari mataku, entah mengapa aku harus meyakin nangis, sedangkan aku yakin bahwa ia akan datang. Tak terasa pukul 7 malam, menjadikanku merubah semua perasaanku, menjadikan aku membuang semua perasaanku membuang semua perasaanku yang sudah ku tuliskan melalui sastra.
     Baru kali ini, dan mungkin hanya ini, rasa kejenuhanku mulai tumbuh, rasa pesimisku mulai hadir. Dan hatiku yang lelah membawaku untuk pulang, membuang apa yang telah aku siapkan untuknya yang sudah luntur terbasahi derasnya hujan dan air mata.
Aku tak tau engkau datang atau tidak ketaman itu, yang jelas 4 jam lalu aku masih menunggumu, dengan seluruh perasaanku. Dan mulai aku beranjak dengan seluruh kekecewaanku, aku tak akan menunggumu lagi. 

0 comments:

Post a Comment